idnzero - Anubis adalah dewa terkemuka dalam jajaran dewa Mitologi Mesir Kuno yang dipuja sebagai dewa kematian, pembalseman, dan pemakaman. Dia sering digambarkan dengan manusia berkepala serigala hitam, yang mewakili hubungannya dengan kematian dan akhirat.
Dia kerap dipuja sebagai "Penguasa Nekropolis" dalam pengetahuan Mesir Kuno. Selain itu, Anubis juga dikenal sebagai penjaga makam dan diasosiasikan dengan kematian dan dunia bawah. Salah satu aspek yang paling signifikan dari peran Anubis dalam agama Mesir Kuno adalah hubungannya dengan upacara penimbangan jantung. Dalam upacara ini, jantung orang meninggal akan ditimbang dengan bulu Maat, dewi kebenaran dan keadilan. Anubis mengawasi upacara ini, memastikan bahwa jantung dari orang mati dalam keadaan murni dan seimbang.
Pemujaan Dewa Anubis merajalela di seluruh penjuru Mesir, dengan kuil dan tempat suci didirikan untuknya di berbagai kota. Pemujaan ini tetap menjadi aspek penting selama ribuan tahun dan meninggalkan warisan yang abadi dalam budaya dan mitologi Mesir Kuno. Di artikel ini, akan dipelajari lebih lanjut tentang Dewa Berkepala Anjing dari Mitologi Mesir Kuno melalui rangkuman lengkap dan kisahnya.
{getToc} $title={Table of Contents}
DEWA ANUBIS
Nama Makhluk | Anubis | Anpu | Inpu | Inpw | Jnpw |
---|
Mitologi | Mesir Kuno |
Jenis Kelamin | Laki-Laki |
Penguasa | Kematian, Pembalseman, dan Pemakaman |
Simbol | Kain Kasa Mumi, Serigala, Crook & Flail, dan Warna Gelap |
Hewan Suci | Serigala dan Anjing |
Pasangan | Nephthys, Anat, dan Astarte |
Anak | Kebechet |
Orang Tua | Osiris dan Nephythys |
Saudara | Horus, Babi, Sopdet, dan Wepwawet |
#1. Asal Usul Dewa Anubis
Sejarah dari Dewa Kematian Anubis, diyakini berasal dari Periode Pradinasti Mesir Kuno yang berlangsung dari tahun 6000-3150 SM. Penggambaran pertama tentang Anubis muncul di dinding makam pada masa pemerintahan Dinasti Pertama Mesir. Menurut para sejarawan, merupakan kelompok firaun pertama yang memerintah Mesir yang bersatu.
Menariknya, nama dewa "Anubis" ternyata berasal dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Mesir Kuno, dia disebut sebagai "Anpu" atau "Inpu", yang terkait dengan istilah kata dari anak kerajaan dan membusuk. Anubis juga dikenal sebagai "Imy-ut," yang berarti "Dia yang berada di Tempat Pembalseman" dan "nub-tA-djser," yang berarti "penguasa tanah suci".
Etimologi lain, nama Anubis menyiratkan bahwa ia dikaitkan dengan kerajaan ilahi dan orang mati. Gambar Anubis diyakini terinspirasi dari anjing liar dan serigala yang dikenal suka menggali dan mengais mayat yang baru saja dikuburkan. Oleh karena itu, hewan-hewan ini sering dikaitkan dengan kematian.
Menariknya, Anubis salah satu dewa tertua dalam jajaran dewa Mesir, namun memiliki mitologi yang bervariasi dan tidak begitu konsisten karena banyaknya versi. Awalnya, Anubis diyakini sebagai putra dari Dewa Ra, yang berfungsi sebagai dewa utama orang mati. Seiring berjalannya waktu dan semakin kuatnya pemujaan Dewa Osiris, kisah-kisah Anubis dimasukkan ke dalam mitos baru yang lebih besar.
Pada tahun 2000 SM, Anubis diyakini sebagai anak haram dari Nephthys dan Osiris. Menurut versi baru asal-usul Dewa ini, Nephthys meninggalkan Anubis karena takut dengan suaminya, Dewa Seth. Dikarenakan menemukan tindakan perselingkuhannya. Kemudian, Isis menemukan anak yang ditinggalkan dan mengadopsinya. Dalam beberapa mitologi alternatif, Dewa Berkepala Anjing ini dikatakan sebagai anak dari Dewi Bastet.
Dalam "Kisah Dua Saudara", Anubis memiliki seorang adik laki-laki bernama Bata. Bata adalah dewa regional kuno yang pada akhirnya tidak selamat dari perjalanan waktu atau perubahan agama. Dalam mitos yang menempatkannya sebagai putra Osiris, Anubis memiliki beberapa saudara, termasuk Horus, Babi, Sopdet, dan Wepwawet.
Terkadang, Anubis juga sering disalah artikan sebagai dewa serigala sebelumnya, yakni Dewa Perang Wepwawet yang berkepala serigala putih. Dalam budaya Mesir Kuno, warna hitam diasosiasikan dengan pembusukan atau tanah Sungai Nil. Makanya, kepala Anubis sering digambarkan berwarna hitam atau gelap serta berbagai simbol yang terkait dengan kematian.
#2. Simbol Dewa Anubis
Dewa Anubis memiliki peran penting dalam mitologi Mesir sebagai simbol kematian dan Dunia Bawah. Dia bertanggung jawab untuk membimbing jiwa-jiwa orang yang telah meninggal ke Dunia Bawah dan membantu dalam penghakiman mereka.
Selain perannya di alam baka, Anubis juga dianggap sebagai simbol perlindungan. Dia melindungi orang yang telah meninggal dari para pemulung yang kejam dan menjaga perjalanan mereka ke dunia berikutnya. Dewa Anjing ini juga memainkan peran penting dalam mengembalikan tubuh Osiris setelah dipotong-potong oleh Dewa Seth.
Anubis sangat erat kaitannya dengan proses mumifikasi dan dipercaya membantu pengawetan tubuhnya. Hal ini menyoroti pentingnya peran Anubis dalam memastikan transisi yang tepat ke alam baka. Dewa ini biasanya digambarkan dalam mitologi Mesir dengan berbagai simbol dan atribut yang menandakan perannya:
- Kain Kasa Mumi: Anubis adalah dewa pembalseman dan mumifikasi, dan kain kasa yang digunakan untuk membungkus mumi adalah simbol penting yang terkait dengannya.
- Serigala: Anubis sering digambarkan dengan kepala serigala, yang dikaitkan dengan peran hewan ini sebagai pemulung orang mati.
- Crook & Flail: Di Mesir Kuno, senjata dan cambuk adalah simbol penting dari kerajaan dan kerajaan. Beberapa dewa, termasuk Anubis, digambarkan memegang salah satu atau kedua simbol ini.
- Warna Gelap: Dewa ini biasanya digambarkan dalam warna gelap dalam seni dan lukisan Mesir untuk melambangkan warna mayat setelah dibalsem. Warna hitam juga diasosiasikan dengan Sungai Nil dan menjadi simbol kelahiran kembali dan regenerasi, yang Anubis, sebagai dewa akhirat, membantu orang untuk mencapainya.
Beberapa simbol diatas mencerminkan Dewa Anubis dan mewakili asosiasinya dengan berbagai aspek mitologi dan budaya Mesir
#3. Penampilan Dewa Anubis
Dalam Mitologi Mesir Kuno, Anubis merupakan dewa yang sangat dihormati, biasanya digambarkan sebagai manusia berkepala serigala. Bentuk gabungan ini dipercaya mewakili signifikansinya sebagai dewa kematian dan pembalseman.
Anubis sering digambarkan mengenakan hiasan kepala tinggi dan runcing yang disebut "
mahkota atef", yang biasanya diperuntukkan bagi para dewa yang berhubungan dengan matahari, seperti Ra dan Horus. Dalam beberapa penggambaran, Anubis terlihat memegang tongkat "
was", simbol kekuasaan dan kontrol, di satu tangan dan simbol kehidupan
Ankh di tangan satunya.
Dewa Anubis biasanya digambarkan sebagai sosok yang tinggi dan juga berotot, dengan ekspresi tegas dan warna kulit yang gelap, mewakili warna mayat setelah dibalsem. Penampilannya yang mengesankan dan memerintah sesuai dengan peran pentingnya sebagai dewa kematian dan akhirat dalam Mitologi Mesir Kuno.
#4. Peran Dewa Anubis dalam Mitologi Mesir
Pelindung Makam dan Mumifikasi
Dewa Anubis memainkan berbagai peran dalam proses kematian dan alam baka. Terkadang, dia membimbing seseorang ke dunia bawah Duat, sementara di lain waktu, ia juga menentukan nasib mereka di alam baka. Dalam beberapa kasus, ia hanya melindungi mayat. Oleh sebab itu, Anubis sering dianggap sebagai dewa orang mati, dewa pembalseman mumi, dan dewa jiwa-jiwa yang telah hilang.
Dalam Mitologi Mesir Kuno, Anubis juga dipuja sebagai pelindung makam dan kuburan. Ia dipercaya menjaga tempat peristirahatan orang mati dan mencegah gangguan atau intrusi. Dewa Berkepela Serigala secara khusus dikaitkan dengan penjagaan makam kerajaan, dan kehadirannya dipandang sebagai ukuran keamanan yang penting. Kemiripannya sering digambarkan di dinding makam dan ruang pemakaman, di samping dewa-dewa pelindung lainnya seperti Dewa Horus dan Dewi Isis.
Selain menjaga makam, Dewa Serigala ini juga dipercaya melindungi orang mati dari bahaya alam baka. Menurut kepercayaan Mesir Kuno, orang mati harus menavigasi perjalanan berbahaya melalui dunia bawah, menghadapi berbagai tantangan dan rintangan di sepanjang jalan. Anubis dipandang sebagai pemandu dan pelindung bagi orang yang telah meninggal, membantu memastikan perjalanan yang aman melalui alam baka.
Kepentingan peran Anubis sebagai pelindung makam dan kuburan tercermin dalam ritual dan upacara kematian Mesir Kuno. Proses mumifikasi, sebagai inti dari adat pemakaman Mesir, dianggap sebagai sarana untuk mempersiapkan tubuh bagi kehidupan setelah mati serta memastikan perjalanan yang aman. Dewa Anubis juga berperan penting dalam proses tersebut, sebagai pengawas pengawetan tubuh dan pembimbing jiwa ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Disini, Anubis memainkan peran penting dalam
ritual mumifikasi dan
pembalseman dalam budaya Mesir Kuno. Asal mula ritual ini dikaitkan dengan
Dewa Osiris, raja pertama yang meninggal dan dimumikan untuk tujuan mengawetkan tubuhnya. Pada kisah tersebut, Anubis membantu Isis dalam proses mumifikasi dan pembalseman tubuhnya, dan sebagai imbalan atas jasanya, ia diberi organ-organ dari tubuh raja.
Secara keseluruhan, peran Anubis sebagai pelindung makam dan kuburan merupakan aspek penting dari perannya yang lebih luas sebagai dewa kematian dan akhirat. Kehadirannya dipercaya dapat memberikan keamanan dan bimbingan bagi almarhum, baik di dunia maupun di akhirat.
Penguasa Dunia Bawah
Anubis memainkan peran penting di Dunia Bawah yang disebut
Duat dalam Mitologi Mesir Kuno. Dia dipercaya dapat memandu jiwa-jiwa orang yang telah meninggal menuju alam baka. Proses mumifikasi dikaitkan dengan Anubis, karena dipercaya dapat mengawetkan tubuh untuk dunia bawah.
Di aula penghakiman, Anubis bertanggung jawab untuk menimbang hati almarhum dengan bulu kebenaran untuk menentukan apakah jiwa tersebut akan masuk ke alam baka atau dimakan oleh Ammit (makhluk buas yang menunggu untuk memakan jiwa yang tidak layak). Namun, selama Kerajaan Pertengahan, peran Dewa Anubis berkurang karena Osiris menjadi dewa kematian yang utama dan Anubis hanya memegang posisi yang lebih rendah.
Terlepas dari perubahan ini, Anubis masih memiliki tugas penting di alam kematian. Dia menjadi asisten Osiris dan membantu memandu jiwa-jiwa ke dunia bawah. Anubis juga memainkan peran penting dalam Penghakiman Orang Mati, bersama dengan
Dewa Thoth. Upacara ini dilakukan di Dunia Bawah, di mana hati seseorang ditimbang dengan bulu kebenaran Ma'at untuk menentukan apakah mereka layak naik ke surga.
Pertarungan dengan Dewa Seth
Dalam Mitologi Mesir Kuno, Anubis terlibat dalam pertempuran penting melawan
Seth, dewa kekacauan dan kekerasan.
Dewa Seth menantang Anubis untuk adu kekuatan dan kelicikan, lalu diterima oleh Anubis, yang menyebabkan pertempuran sengit yang berlangsung selama berhari-hari.
Meskipun dia adalah lawan yang tangguh, tetapi Anubis mampu menggunakan kecerdasan dan refleksnya yang cepat untuk mengungguli Seth. Anubis menggunakan kekuatan pembalseman dan mumifikasi untuk menaklukkan Set, mengikatnya dengan mantra sihir yang kuat. Kemenangan Anubis atas Seth dianggap sebagai momen penting dalam Mitologi Mesir karena melambangkan kekuatan keteraturan dan keseimbangan atas kekacauan dan kehancuran.
Kemenangan Anubis atas Seth juga mengukuhkan posisinya sebagai dewa yang kuat dan penting dalam jajaran dewa-dewa Mesir Kuno. Kisah pertempuran Anubis dengan Set sering digambarkan dalam seni Mesir dan tetap menjadi bagian penting dari mitologi Mesir selama berabad-abad. Legenda kemenangan Anubis atas Seth dianggap sebagai simbol harapan dan stabilitas, dan diyakini bahwa Dewa Kematian terus melindungi rakyat Mesir dari kekacauan dan kekacauan setelah pertempuran berakhir.
Namun, kisah kemenangannya atas Set menggambarkannya sebagai pelindung ketertiban dan stabilitas, yang menunjukkan perannya yang beragam dalam Mitologi Mesir. Pertempuran antara Anubis dan Seth menunjukkan kekuatan kecerdasan dan strategi, bukannya dengan kekuatan kasar dan kekerasan. Kisah tersebut menjadi penting sejarah Mitologi Mesir Kuno.
#5. Pemujaan Dewa Anubis
Pemujaan Anubis diduga berasal dari periode Dinasti Awal Mesir Kuno sekitar 3100 SM. Pada awalnya, dewa Anubis hanya dipuja sebagai dewa lokal di Mesir Hulu, khususnya di kota Hardai, yang dikenal dengan praktik pembalsemannya. Namun, seiring berjalannya waktu, Anubis semakin populer dan menjadi dewa terkemuka di seluruh Mesir.
Selama Kerajaan Lama (2686-2181 SM), peran Dewa Anubis di akhirat dan upacara pemakaman menjadi lebih penting dan dia sangat dekat dengan para firaun. Anubis diyakini telah membantu membimbing para firaun dalam perjalanan mereka ke alam baka, dan pemujaannya mendapatkan pengaruh dan kekuatan yang signifikan.
Selanjutnya di periode Kerajaan Tengah (2055–1650 SM), popularitas Dewa Anubis menurun karena dewa-dewa lain seperti Osiris menjadi terkenal di jajaran Mesir. Namun, Anubis tetap menjadi tokoh penting dalam upacara pemakaman dan terus disembah di seluruh Mesir.
Kemudian pada era Kerajaan Baru (1550-1069 SM) popularitas Anubis bangkit kembali dan dia kembali digambarkan dalam seni dan ikonografi, dan kuil serta kuil dibangun untuk menghormatinya. Kultus Osiris juga muncul selama periode ini, dan Anubis menjadi sangat dekat hubungannya dengan dewa kematian.
KESIMPULAN
Secara keseluruhan, Anubis dipuja sebagai Dewa Terkemuka dalam Mitologi Mesir Kuno yang terkenal sebagai dewa kematian, pemakaman, dan pembalseman. Dia digambarkan memiliki bentuk tubuh manusia berkepala serigala yang khas. Peran utamanya ialah membimbing jiwa orang yang telah meninggal ke alam baka dan memastikan perlindungan tubuh fisik mereka selama proses mumifikasi.
PENUTUP
Nah, itulah penjelasan lengkap tentang makhluk Dewa Anubis dari Mitologi Mesir. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan sedulur. Purnaning Atur Matur Nuwun #CMIIW #UPGRADEYOURKNOWLEDGE